Penurunan kualitas ini meliputi beberapa aspek seperti kekerasan kayu, bentuk kayu, daya tahan hingga tekstur kayu tersebut. Kayu Jati Putih yang tidak memperoleh proses pengolahan dengan baik akan berdampak pada hasil produknya.
Dalam beberapa kasus ditemukan produk seperti Mebel yang berbahan baku Kayu berkualitas namun memiliki banyak kekurangan dari segi tampilan dan ketahanan produk itu sendiri selama pemakaian. Hal ini menyebabkan menurunnya kepercayaan konsumen terhadap produsen hingga pada jenis kayu tersebut.
Kesalahan Dalam Melakukan Pengolahan Kayu Jati Putih
Jika menyaksikan langsung kondisi di lapangan terkait cara pengolah kayu jati putih menciptakan produk mebel dan furniture terkadang dijumpai metode pengolahan yang kurang baik. Hal paling vital sebelum mengolah kayu adalah proses persiapan kayu itu sendiri.
Persiapan kayu semestinya dilakukan dengan baik hingga mencapai kriteria tertentu barulah kayu tersebut bisa dibuat menjadi produk mebel dan furniture. Namun kondisi di lapangan kerap berlawan arus dengan hal yang semestinya dilakukan.
Dalam proses pengolahan Kayu Jati Putih kerap dijumpai beberapa kesalahan yang berdampak pada kualitas produk. Beberapa kesalahan itu meliputi :
Proses Pengeringan Kayu Jati Putih
Ketika kayu sampai ke tangan pengrajin, kayu-kayu tersebut belum langsung dapat dilakukan pengolahan menjadi mebel dan furniture. Terlebih dahulu dilakukan persiapan dasar agar kondisi kayu menjadi lebih awet dan kuat. Sehingga sifat dasar kayu tersebut akan menonjol pada produk yang dihasilkan.
Proses pengeringan memiliki dampak yang sangat besar bagi kualitas Kayu Jati Putih yang digunakan. Pengeringan memiliki tujuan untuk mengurangi kadar air pada kayu. Kayu yang telah kering akan berkurang kadar kelembabannya.
Kayu jati putih yang telah melewati tahap pengeringan memiliki banyak keunggulan ketimbang yang tidak dilakukan pengeringan. Pengeringan yang baik akan menurunkan kelembaban kayu sehingga Kayu akan terhindar dari serangan jamur dan tidak mudah lapuk.
Kayu yang lembab membuat konstuksi produk menjadi tidak kokoh. Sehingga meskipun menggunakan bahan baku berkualitas namun ketahanan produk mebel / furniture tersebut akan berkurang.
Terdapat perbedaan antara kayu yang telah mengalami proses pengeringan dan yang tidak dilakukan pengeringan. Dari segi bobot dapat dilihat perbedaan yang signifikan. Kayu Jati Putih yang masih mengandung banyak air memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan kayu yang sudah kering.
Selain itu kayu yang masih basah lebih mudah mengalami retak / pecah. Sehingga kerap kali ditemukan kayu papan hasil pemotongan banyak yang mengalami retak atau pecah. Kondisi ini pastinya sangat merugikan. Sebab kondisi ini pastinya membutuhkan perlakuan khusus lagi sebelum bisa digunakan kembali. Luasan permukaan papan yang diharapkan juga akan sangat berkurang akibat retakan tadi.
Tahap pengeringan sebenarnya menjadi tahap paling vital dalam persiapan kayu. Pengeringan yang sempurna akan mempertahankan kualitas kayu. Namun pengeringan juga harus dilakukan secukupnya. Sebab jika pengeringan yang berlebihan juga mengakibatkan sifat dan tekstur kayu sedikit berubah. Misalnya kayu menjadi bengkok akibat pengeringan yang terlalu lama.
Penyimpanan Kayu yang Tidak Tepat
Kayu yang umum diolah dalam bentuk papan. Papan ini ketika selesai dilakukan penjemuran / pengovenan sebaiknya disimpan pada tempat yang kering dan terhindar dari rembesan air dan paparan matahari langsung.
Kayu yang telah dikeringkan harus disimpan pada tempat yang tidak terkena rembesan air, Mengapa ? Agar kondisi kayu yang telah dikeringkan tidak lembab. Jika kayu kembali dalam kondisi lembab maka tekstur kayu yang padat akan menjadi lapuk dan mudah berjamur.
Pengeringan kayu seharusnya membuat kayu menjadi lebih kuat. namun jika penyimpanan yang dilakukan dengan sembrono bukan tidak mungkin kayu yang diharapkan menjadi tahan hama menjadi santapan hama kayu. Jika menggunakan kayu jati umumnya tahan terhadap serangan hama, namun bagaimana jika kayunya adalah mahoni dan beberapa kayu jenis lainnya ?
Manajemen penyimpanan kayu juga harus selalu diperhatikan. Kayu dapat disusun menumpuk dengan rapi atau susun membaris. Selain itu perlu memperhatikan antar kayu yang sudah lama disimpan dan kayu yang baru masuk kedalam penyimpanan. Usahakan selalu menerapkan sistem first in firs out. maksudnya adalah yang pertama masuk akan lebih dulu digunakan ketimbang kayu yang baru.
Kayu yang disimpan diluar rumah rentan rusak akibat pengaruh lingkungan |
Penjemuran Kayu yang Sembrono
Sebenarnya penjemuran kayu juga termasuk dalam pengeringan kayu. Namun untuk mengeringkan kayu sering pula dilakukan menggunakan oven. Lantas perbedaannya ?
Penjemuran kayu memanfaatkan panas matahari untuk mengurangi kadar air didalam kayu. Namun penjemuran ini sangat mengandalkan kondisi alam. Sehingga selain memperoleh paparan panas matahari kerap kayu diguyur hujan deras.
Meskipun demikian penjemuran tetap baik dilakukan bila dilakukan dengan cara yang tepat. Penjemuran kayu dilakukan pada area terbuka yang tidak terlindung, usahakan kayu dijemur pada permukaan tanah yang keras dan tidak basah. Sebab hal ini dapat memengaruhi warna dan tekstur kayu.
Ketika dilakukan penjemuran jangan meletakkan kayu begitu saja diatas tanah, usahakan ada jarak antar tanah dengan kayu. Susunan kayu juga tidak boleh saling timpang tindih sebab ini hanya akan menghambat pengeringan kayu.
Untuk melakukan penjemuran dapat dibuat kayu penyanggah yang mengerupai tiang gawang dengan tinggi 1,5 meter. Pada kedua sisi kayu penyanggah diberi pembatas / penahan. Kayu jati berupa papan disusun berdiri saling menyilang dengan posisi disusun secara rapat. Cara ini selain efektif namun juga hemat tempat. Penjemuran dengan cara ini bisa dilakukan selama 3-4 hari dengan susunan kayu yang tidak terlalu rapat.
Penjemuran secara outdoor perlu diperhatikan dengan baik |
Pengolahan Kayu Jati Putih Sehingga Menghasilkan Produk Kurang Bermutu
Kualitas kayu jati yang digunakan sangat dipengaruhi oleh proses pengeringan. Kayu yang kering seharusnya lebih menonjolkan karakteristik kayu tersebut. Bukan hanya berdampak pada kayu namun ini juga berdampak pada saat diolah menjadi barang.
Beberapa kasus sering dijumpai pada kayu yang semestinya belum layak diolah namun tetap disulap menjadi produk. Meskipun bagi orang awam dampaknya tidak terlalu terlihat namun jika dimana peminat yang jeli pastilah kekurangan ini akan nampak dengan jelas. Beberapa kasus seperti :
- Lemari Berjamur
- Lemari berbau
- Bagian tertentu dari produk tampak lapuk
- Pemakaian yang belum lama namun produk telah diserang hama
- Sambungan kayu yang tidak kuat
- Terdapat celah pada sudut dan hasil penyatuan kayu
- Sambungan kayu pada meja, kursi, lemari mudah goyang goyang
- Proses pengecatan yang sulit dilakukan
- Hasil finishing cat yang tidak mengkilap dan merata
- Produk tidak kokoh
Beberapa permasalahan diatas hanya sedikit dari keluhan konsumen yang sering dijumpai. Memaksakan kayu untuk diolah tanpa persiapan yang baik berdampak pada kualitas barang yang dihasilkan. Untuk permintaan pasar pada kalangan masyarakat lokal mungkin tidak terlalu mempersoalkan hal ini namun jika pasar ekspor dan untuk keperluan industri semestinya menjadi pertimbangan.
Permasalahan yang kerap dijumpai dapat diakibatkan oleh cara mengolah kayu yang kurang memerhatikan kondisi kayu.
Kayu Retak
Selain diakibatkan oleh pengeringan yang tidak sempurna ternyata retak juga kerap diakibatkan pada proses pengolahan kayu itu sendiri. Kondisi kayu retak sering kali dijumpai pada beberapa produk mebel dan furniture. Bagi beberapa pengrajin maupun pengusaha kayu hal ini kerap diabaikan, nyatanya ini bisa memberikan dampak yang fatal.
Pada salah satu acara perlomban di Jepang sempat menayangkan pertandingan membuat kursi yang paling kuat menahan beban berat. Kursi yang telah dibuat oleh peserta akan diuji ketahanannya dengan cara diduduki oleh manusia berbobot 100 kg, tak hanya duduk namun panggung tempat penilaian juga dibuat bergoyang.
Pada salah satu tayangan memperlihatkan beberapa pengerjaan yang tidak memerhatikan retak pada sambungan kayu. Dan setelah diuji dalam waktu hitungan detik Kursi yang memiliki retakan tersebut rubuh seketika.
Begitu pentingnya untuk memerhatikan cara mengolah kayu dengan benar. Kayu yang diolah sembrono dan asal jadi tanpa memerhatikan kualitas sambungan tentunya memicu permasalahan seperi retak. Kursi yang sering menerima beban jika sedikit saja memiliki retak pastinya berpengaruh pada ke kokohannya.
Permukaan Tidak Mulus
Kayu yang tidak kering memang belum begitu cocok untuk dibuat menjadi mebel maupun furniture. Terlebih lagi jika pada produk dilakukan pengukiran atau penambahan pernak-pernik.
Sering kali dijumpai pada permukaan kayu banyak yang tidak rata, tidak mulus dan kadang berserabut. Hal ini sangat memengaruhi tampilan produk. Seperti halnya ketika selesai dilakukan pengecatan. Sering terlihat permukaan kayu yang tidak rata dan tampak bergerigi.
Kayu yang basah membuat serat kayu sulit untuk dihaluskan. Pada saat dilakukan penghalusan justru menimbulkan serabut serabut pada permukaan kayu. kondisi ini akan sulit diperbaiki.
Sebenarnya masih banyak permasalahan yang kerap dijumpai dalam pengolahan Kayu Jati Putih. Kesalahan Dalam Melakukan Pengolahan Kayu Jati Putih kerap Menghasilkan Produk yang Kurang Bermutu. Hal ini dikhawatirkan berdampak pada minat pembeli. Penurunan minat ini bisa berdampak pada citra anda sebagai pengusaha pengolahan atau produksi mebel dan furniture.
EmoticonEmoticon